Skip to main content

Wamen BUMN Angkat Buka-bukaan Soal Utang & Perilaku ‘Aneh’ di Tubuh WIKA

Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, kinerja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang masih terlilit utang. Hal ini disebabkan Direksi perseroan tidak pernah membahas arus kas atau cash flow ketika rapat.


“Yang paling kacau kan (keuangan BUMN) Karya. Saya masukkan tim saya ke WIKA. Setelah dua minggu di WIKA saya panggil, apa masalahnya? ‘Pak orang WIKA insinyur sipil semua, kalau ngomong konstruksi jago, kalau rapat direksi enggak pernah bahas mengenai cash flow atau profitability,” kata Wakil Menteri BUMN I, Kartika Wirjoatmodjo di Injourney Talks yang berlangsung di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Selasa (1/8).

Dalam acara itu, hadir juga Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utama Injourney Triawan Munaf, dan Direktur Utama Injourney Dony Oskaria.

Tiko menambahkan, rapat Direksi di WIKA selalu membahas progres pembangunan proyek, tapi tidak pernah membahas piutang. Oleh sebab itu kinerja keuangan WIKA masih menghadapi utang yang menumpuk.

“Rapat Direksi di WIKA enggak pernah ngomong piutang lagi, tidak pernah ngomong profitability project. Jadi ya loss semua, proyeknya jadi semua tapi laba project rugi. Tapi laba perusahaan rugi karena rapat direksi enggak pernah bahas mengenai profitability. Jadi ini kadang-kadang lucu-lucu juga,” imbuhnya.

Tiko mengeluhkan perseroan selalu membahas progres konstruksi. Ia juga mengingatkan waspadai jika perusahaan BUMN mempunyai bias tersendiri.

“Kalau senangnya safety, ngomongin safety terus. Senangnya operation, ngomong operation tapi engga pernah ngomong (keuntungan). Kita harus tahu cara mem-balance apa yang kita lihat dari anak buah ini,” tuturnya.

Mengutip laporan keuangan, WIKA membukukan rugi bersih senilai Rp 1,99 triliun di semester I 2023. Perolehan tersebut berbalik dari laba bersih senilai Rp 12,35 miliar pada semester I 2022.

Kerugian ini disebabkan perseroan mencatatkan rugi usaha setelah pendapatan dan beban lain-lain senilai Rp 595,96 miliar. Hal ini berbanding terbalik dengan laba usaha setelah pendapatan dan beban lainnya yang pernah diraup senilai Rp 552,24 miliar.

Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir dalam kesempatan terpisah menyatakan tengah menyiapkan pembenahan masalah BUMN Karya tersebut, yakni melalui konsolidasi dengan cara merger. Hal ini agar masalah BUMN Karya seperti yang terjadi pada PT Istaka Karya tidak terulang.

Merger akan dilakukan dalam 3 tahun ke depan, yakni mencakup PT Hutama Karya (Persero) (PTHK) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, serta PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

"Kita mau carikan solusi jadi kita yang hadir di sini sebagai orang-orang baru tidak mau cuci tangan tapi kita akan cari solusi yang terbaik. Walaupun ini peristiwa 2006 seperti Jiwasraya, 2007 Istaka Karya tapi kita coba selesaikan, termasuk bagaimana kita konsolidasi Karya yang sejak awal saya sudah berulang-ulang kita coba konsolidasi," ujar Erick Thohir saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (1/8).

Utang Menggunung

Kinerja empat BUMN karya sepanjang semester I-2023 bervariasi. Pada periode ini, kinerja PT PP Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya berkibar, sedangkan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan rugi bersih besar, seiring tingginya utang.

Berdasarkan laporan keuangan PP per Juni 2023, perseroan mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 9,8% menjadi Rp 96,4 miliar dari sebelumnya Rp 86 miliar. Namun, pendapatan perseroan melorot dari Rp 9 triliun menjadi Rp 8 triliun. PP meraih kas bersih dari aktivitas operasi Rp 1,98 triliun, naik dari sebelumnya Rp 1,96 triliun.

Selanjutnya, Adhi Karya mencetak kenaikan laba bersih 17,5% menjadi Rp 12,4 miliar selama semester I tahun ini. Adhi juga mampu menjaga pendapatan usaha sebesar Rp 6,3 triliun dengan sokongan terbesar berasal dari segmen usaha teknik dan konstruksi sebesar Rp 5,1 triliun, turun tipis dari sebelumnya Rp 5,2 triliun.

Kas dan setara kas Adhi Karya per Juni 2023 naik menjadi Rp 3,4 triliun dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp 2,5 triliun.

Nasib berbeda dialami Wijaya Karya atau Wika. Per Juni 2023, rugi bersih Wika membengkak menjadi Rp 1,8 triliun, dibandingkan periode sama tahun lalu hanya Rp 13 miliar. Padahal, pendapatan perseroan tumbuh 22,4% menjadi Rp 9,5 triliun dari Rp 7,1 triliun.

Wika tercekik beban pendanaan Rp1,2 triliun selama semester I tahun ini, naik dua kali lipat lebih dari periode sama tahun lalu Rp 550 miliar. Ini menjadi penyebab utama kemerosotan kinerja keuangan Wika.

Kas bersih dari aktivitas operasi Wika minus Rp 2,1 triliun, sedangkan kas bersih dari aktivitas investasi minus Rp732 miliar, sedangkan kas bersih dari aktivitas pendanaan minus Rp927 miliar.

Per Juni 2023, liabilitas jangka pendek Wika mencapai Rp35 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang Rp21,6 triliun. Dengan demikian, total liabilitas Wika mencapai Rp56,7 triliun. Ada pun ekuitas turun menjadi Rp15,4 triliun dari Rp17,4 triliun. (kumparan/investor/009)